{"id":535,"date":"2015-09-03T18:55:42","date_gmt":"2015-09-03T10:55:42","guid":{"rendered":"http:\/\/ofamni.com\/?p=535"},"modified":"2015-09-03T18:55:42","modified_gmt":"2015-09-03T10:55:42","slug":"choice-supportive-bias","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/ofamni.com\/choice-supportive-bias\/","title":{"rendered":"Choice Supportive Bias"},"content":{"rendered":"

Dalam ilmu kognitif, Choice Supportive Bias merupakan kecenderungan seseorang untuk beratribusi positif pada kepunyaan yang mereka pilih atau yang dimilikinya. Saya yakin kesalahan atribusi ini sangat sering kita jumpai pada orang-orang di sekitar kita, terutama karena di era perkembangan technology yang semakin canggih dan kepopuleritas hal tersebut. Apalagi untuk kaum anak muda di indonesia saat ini yang dimana saling membangga-banggakan barang miliknya. Saya beri contoh : Kita tau bahwa handphone saat ini yang sangat bersaingan dalam penjualan produk dunia yakni iPhone dan Samsung, tapi Karena handphone yang anda punya yakni iPhone, maka anda lebih beratribusi Positif ke produk iPhone dibanding Samsung dan disaat seseorang berbincang dengan teman anda yang ingin membeli handphone andapun merujuk untuk membeli handphone yang sama dengan anda dan ketika ia menanyakan ke anda menganai handphone merek samsung anda lebih beratribusi negatif ke merek handphone tersebut.<\/em><\/p>\n

Apa yang diingat tentang keputusan bisa sama pentingnya dengan keputusan itu sendiri, terutama dalam menentukan berapa banyak penyesalan atau kepuasan yang dialami. Penelitian menunjukkan bahwa proses pembuatan dan mengingat pilihan menghasilkan kenangan yang cenderung terdistorsi dengan cara diprediksi. Dalam ilmu kognitif, salah satu cara yang dapat diprediksi bahwa kenangan pilihan pilihan yang terdistorsi adalah bahwa aspek positif cenderung diingat sebagai bagian dari opsi yang dipilih, apakah mereka awalnya merupakan bagian dari pilihan itu, dan aspek negatif cenderung diingat sebagai bagian dari opsi ditolak. Setelah tindakan telah diambil, cara-cara di mana kita mengevaluasi efektivitas apa yang kita lakukan mungkin bias. Hal ini diyakini ini dapat mempengaruhi pengambilan keputusan masa depan kita.<\/p>\n

Tujuan dari pilihan umumnya untuk memilih pilihan terbaik. Dengan demikian, setelah membuat pilihan, seseorang cenderung untuk mempertahankan keyakinan bahwa opsi yang dipilih adalah lebih baik daripada pilihan ditolak. Setiap pilihan memiliki terbalik dan downside. Proses pengambilan keputusan yang sebagian besar bergantung pada pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu, seseorang akan mengingat tidak hanya keputusan yang dibuat, tetapi juga alasan di balik pengambilan keputusan itu.<\/p>\n

Motivasi :<\/strong><\/p>\n

Motivasi juga mungkin memainkan peran dalam proses ini karena ketika seseorang mengingat opsi yang mereka pilih sebagai pilihan terbaik, harus membantu mengurangi penyesalan tentang pilihan mereka. Ini mungkin merupakan ilusi positif yang mempromosikan kesejahteraan.<\/p>\n

Ada kasus di mana seorang individu tidak selalu dalam kendali yang pilihan diterima. Orang sering berakhir dengan pilihan yang tidak dipilih tetapi, sebaliknya ditugaskan oleh orang lain, seperti tugas pekerjaan yang dilakukan oleh bos, instruktur kursus ditugaskan oleh pendaftar, atau tempat liburan yang dipilih oleh anggota keluarga lainnya. Namun, yang ditugaskan ( acak atau tidak) ke opsi mengarah ke satu set yang berbeda dari kognisi dan atribusi memori yang cenderung mendukung alternatif (non-diterima) opsi dan dapat menekankan penyesalan dan kekecewaan.<\/p>\n