Tindakan Setengah Hati

Pada dasarnya manusia dan khususnya orang indonesia adalah makhluk sosial dan berkelompok, Maka dari itulah orang indonesia juga amat peduli pada tekanan dari kelompok-kelompoknya. banyak pula tindakan yang dilakukan bukan atas dasar kesadaran diri sendiri, melainkan atas dasar “apa kata orang”, dan paksaan kelompok. Ketika diminta untuk berpikir seorang diri dan membetuk pendapat pribadi, kita cenderung bingung. Tindakan yang lahir dari keterpaksaan hanya akan menghasilkan kekacauan di kemudian hari. Tidak heran, kebanyakan tindakan yang dilakukan dalam sehari-hari, terjadi karena didasarkan pada keterpaksaan, tidak memberikan dampak apa yang dinginkan. yang terjadi kemudian adalah ketidakbahagiaan dalam kehidupan.

Disisi lain, orang indonesia juga sulit sekali mematuhi peraturan dan perjanjian sebelumnya. Padahal peraturan seringkali dibuat atas dasar keselamatan mereka sendiri, seperti misalnya peraturan lalu lintas, dan peraturan terkait kelestarian lingkungan. Namun, karena abai, mereka justru melanggarnya atas dasar alasan-alasan yang tidak masuk akal. Perjanjian yang telah dibuatpun seringkali dilanggar, juga karena alasan-alasan yang bodoh. Ketika banyak peraturan dan perjanjian yang dilanggaar, ketika itu pula kehidupan bersama menjadi kacau, karena banyaknya hal yang meleset dari tujuan utama.

Puncak dari semua ini, menurut saya adalah tidak adanya kesungguhan hati dalam menjalankan kehidupan. Banyak orang indonesia tidak hidup sesuai dengan cinta dan passionnya sebagai manusia, sehingga segalanya dilakukan dengan setengah hati. Bekerja tidak sungguh-sungguh. Bekerja tidak untuk mengembangkan diri dan dunia, melainkan semata untuk mengeruk keuntungan finansial belaka. Apapun yang dilakukan setengah hati hanya akan menyiksa diri, dan akhirnya akan menghasilkan hal-hal yang kualitasnya setengah-setengah pula.

Mungkin dijaman sekarang kebutuhan finansial memang sangat dibutuhkan, dimana untuk sebagai jaminan hidup terlebih perekonomian indonesia sendiri yang semakin meningkat, menjadikan segalanya untuk menutupi kebutuhan hidup tersebut. Maka tidak heran seseorang atau bahkan kita sendiri, pula melakukan segala apapun, maupun dengan cara keterpaksaan dan ketidakinginan menjalaninya. Namun segala sesuatu yang kita butuhkan, dapat dengan mudah pula di gapai dengan kesungguhan dan tentunya tekat yang kuat tanpa keterpaksaan sekalipun.