Masyarakat Virtual

Dalam kamus ilmiah, Virtual merupakan salah satu pertumbuhan dunia maya yang tidak realistis. Hampir semua masyarakat telah merasakan yang namanya dunia maya, dan tidak sedikit pula yang telah terjerumus dengan dunia maya tersebut. Sehingga menimbulkan anggapan masyarakat terhadap kondisi nyata sama halnya seperti realitas yang semu, sedangkan kondisi semu sendiri yakni dunia maya yang dianggap realitas yang nyata. Dumulai saat ditanamkannya mindset seseorang mengenai konsumersime di negara-negara yang tergolong miskin dan dikembangkan oleh faktor faham neoliberalisme, setelah itu di perkuat lagi dengan doktrinasi virtualisasi. Dengan dalih itulah yang memudahkan akses informasi kehidupan bagi masyarakat. Tapi, pada kenyataannya sangat berbalik arah. Ternyata masyarakat konsumtif tidak bisa membedakan informasi yang sesuai dan yang tidak sesuai, maka dari itu banyak yang telah melakukan penyelewengan akses informasi seperti maraknya anak dibawah umur yang sering menyaksikan video yang tidak sesuai dengan umur mereka, kecanduan dalam bermain game online, dan fanatisme seseorang dengan dunia maya atau yang sering disebut sosial media. Sehingga tidak ada lagi batas antara kalangan dibawah umur dan kalangan dewasa, karena mereka dengan leluasa mengakses berbagai informasi yang seharusnya informasi selektif menjadi informasi umum (tanpa batasan umur). Karena faktor tersebut terjadilah sebuah fenomena yang distorsi, seperti banyak Siswa SD yang sudah membicarakan percintaan, Seks bebas, Judi, dan sebagainya, yang semestinya belum mereka ketahui. Doktrinasi faham neoliberalisme memang tidak hanya menggerogoti sistem perkonomian negara saja, bahkan sampai dengan merusak karakter masyarakat yang sudah tidak lagi sesuai dengan budayanya masing-masing dan yang paling disesalkan ialah masyarakat sudah kehilangan jati diri mereka di dunia nyata, sebab dunia maya sudah lebih dianggap penting dibanding kehidupan nyata mereka di dunia terbukti sebagian besar dari masyarakat sangat terpaku yang namanya sosial media dibanding orang-orang di sekitar mereka atau lingkungannya sendiri.

Peradaban konsumerisme jangan sampai dibiarkan begitu saja, karena lama kelamaan akan membahayakan peradaban kita sendiri, dan tentunya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang terdasar seperti mengeroposi mindset dan karakter seseorang secara perlahan-lahan tanpa disadari, Masyarakat memang sangat butuh informasi tapi informasi pun ada kalanya untuk di selektif karena tidak semua saat ini informasi adalah informasi yang berkualitas.

Referensi : Kompasiana.com