Masyarakat adalah korban informasi

Masyarakat informasi termasuk jenis masyarakat yang terlahir dari masyarakat agraris dan industri. Jika hendak menengok kesekeliling, Informasi kian bertebaran dimana-mana, entah melalui televisi, radio, koran maupun internet. Informasi tersebut mencakup keterkaitan mengenai gejolak politik negara di kalangan elit politisi tidak tidak lagi monoton menjadi konsumsi kalangan masyarakat, para penerus partai politik atau komunitas pengamat politik lainya. Buruh tani sekalipun, yang hanya mengerjakan setiap harinya disawah untuk mencari nafkah dengan ketergantungan dengan tanah dan tanaman, di sela-sela kerjanya, masih menyempatkan diri ngobrol persoalan terkait informasi tersebut. Tidak hanya permasalahan politik yang akan atau telah dibahas. Gaya hidup para kaum selebritis, kecelakan, bencana alam, polemik harga BBM dan sebagainya pun tidak luput dari perhatian orang-orang yang selama ini konon di golongkan ke dalam golongan menengah bawah atau orang kecil. Disisi lain, realitas semacam ini bisa saja menjadi indikator yang sederhana, betapa masyarakat indonesia sudah mulai peduli dengan kebangsaan negaranya sendiri. Berbagai aneka ragam informasi mengenai apa saja dengan sangat mudah di peroleh apalagi dijaman teknologi yang semakin berkembang seperti internet. Hal ini disebabkan karena keberadaan media informasi juga bermacam – macam sehingga masyarakat semakin terpaku pada zona kenyamanan mereka. Beberapa media informasi menerbitkan informasi yang dapat dikatakan dominan perannya dan hampir dimiliki oleh sebagian besar masyarakat seperti Televisi atau Smartphone. Dilayar ajaib ini sudah tidak dapat dihitung berapa lagi jumlah yang telah mendapat informasi dari layar ajaib tersebut. Namun disisi lain dari masyarakat sendiri dalam menerima informasi, sebagian besar masyarakat masih belum memiliki kemampuan manage information. Masyarakat belum punya keterampilan dalam memilah – memilih, menyaring atau menilai jenis informasi. Masyarakat begitu mudah terpicu oleh sihir dari informasi yang dilihat, dibaca, maupun didengar hingga lupa atau malah tidak lagi mementingkan kualitas dan moral dari informasi yang diterima tersebut. Jika memakai istilah islam dalam tradisi informasi kenabian, banyak orang sudah tidak peduli dengan sanad matanya sendiri. Ibaratnya Jika Televisi sudah menyebutkan “kamu bodoh” maka akan langsung di yakini kebenaranya. Tidak peduli lagi dari realitas yang diberitakan oleh informasi tersebut. Dan uniknya, negara indonesia sendiri merasa biasa-biasa saja, sehingga merasa tidak memerlukan untuk memberikan bimbingan terkait dalam management informasi. Oleh karena itu, prediksi masyarakat informasi oleh beberapa ilmuwan sosial pada dasarnya hanya sebatas opini mereka saja. Karena pada kenyataannya masyarakat hanyalah korban dari informasi yang tidak berkualitas. (Walaupun tidak semua informasi tidak berkualitas)

Referensi : kompasiana.com