Fundamental Atribution Error

Fundamental Atribution Error ialah kesalah pahaman seseorang dalam mempersepsikan orang disekitarnya. dalam arti Fundamental Atribution Error dapat didefinikan sebagai kecenderungan orang untuk menempatkan penekanan berlebihan pada karakteristik internal untuk mempersepsikan perilaku orang lain dalam situasi tertentu, daripada mempertimbangkan faktor-faktor eksternalnya dan tidak mempersepsikan hal itu terjadi karena faktor interpretasi perilaku sendiri, dimana faktor-faktor situasional yang lebih mudah dikenali dan dengan demikian dapat dipertimbangkan. Sisi lain dari kesalahan ini adalah, di mana orang cenderung terlalu menekankan peran situasi dalam perilaku mereka dan underemphasize peran kepribadian mereka sendiri.

Contoh : Anda sedang mengemudikan kendaraan dijalan, seketika anda melihat ada mobil yang kebut-kebutan dijalan. Pada saat itu anda langsung mempersepsikan orang yang mengemudikan mobil itu adalah orang yang sembrono, sopir yang tidak terampil atau lagi mabuk. Namun pada kenyataannya mobil tersebut membawa seseorang yang lagi sekarat yang butuh pertolongan pertama untuk dibawa ke rumah sakit.

Penjelasan :

Sampai saat ini tidak ada penjelasan yang ada secara universal untuk menjelaskan dasar dari terjadinya kesalahan ini, tapi ada beberapa hipotesis dari kesalahan tersebut :

  1. Hanya dunia fenomena . Keyakinan bahwa orang-orang mendapatkan apa yang mereka layak dan pantas apa yang mereka dapatkan, konsep yang pertama kali berteori oleh Melvin J. Lerner (1977). Menghubungkan kegagalan penyebab disposisional daripada penyebab-yang situasional yang tidak berubah dan tidak terkendali-memenuhi kebutuhan kita untuk percaya bahwa dunia adalah adil dan bahwa kita memiliki kendali atas hidup kita yang dimana sebenarnya kita masih ada ego untuk meremehkan seseorang.
  2. Arti-penting dari faktor . pada dasar ini orang sesekali menilai seseorang hanya dengan melihat dari tampilan luar atau dari cover seseorang tersebut.
  3. Budaya. karena latar belakang budaya seorang individu dapat baik menambah atau mengurangi sejauh mana individu yang rentang terhadap kesalahan ini. misalnya, meningkatkan rasa individualisme dalam budaya barat menyebabkan orang dari budaya yang cenderung menekankan individu atas faktor-faktor situasional, yang menyebabkan mereka untuk menjadi (secara umum) lebih rentan terhadap kesalahan mendasar atribusi, dibandingkan dengan orang-orang dari budaya non-Barat, yang cenderung menekankan konteks dan faktor situasional atas individu.

Perbandingan :

Kesalahan atribusi mendasar umumnya digunakan bergantian dengan “Bias korespondensi” (kadang-kadang disebut “korespondensi inferensi”, meskipun ungkapan ini mengacu pada penilaian alami yang tidak selalu merupakan bias, sedangkan bias yang muncul ketika kesimpulan yang ditarik tidak benar, misalnya, dispositional inferensi ketika penyebab sebenarnya adalah situasional). Namun, ada perdebatan tentang apakah dua istilah harus lebih dibedakan satu sama lain. Tiga perbedaan utama antara dua proses menghakimi ini telah berpendapat:

  • yang ditampakan oleh mereka biasanya akan menimbulkan keadaan yang berbeda, kerena kedua koresponden kesimpulan dispositional dan kesimpulan situasional timbul secara spontan.
  • Hal ini juga telah menyarankan bahwa kesimpulan korespondensi dan atribusi kausal yang ditimbulkan oleh mekanisme yang berbeda. Hal ini umumnya sepakat bahwa kesimpulan korespondensi dibentuk dengan melalui beberapa tahapan. Pertama, orang tersebut harus menafsirkan perilaku, dan kemudian, jika ada informasi yang cukup untuk melakukannya, menambahkan informasi situasional dan merevisi kesimpulan mereka.

Kesimpulan dan Makna :

berdasarkan perbandingan sebelumnya, beberapa peneliti berpendapat bahwa kesalahan atribusi tersebut harus dianggap sebagai kecenderungan untuk membuat disposisional daripada situasionalnya perilaku itu, sedangkan bias korespondensi harus dianggap sebagai kecenderungan untuk menarik koresponden disposisional kesimpulan dari perilaku.

Dari beberapa penjelasan diatas saya mengambil beberapa kesimpulan, yakni kita dalam keseharian pasti pernah menyalah persepsikan seseorang tanpa kita tahu penyebab yang sebenarnya. Mungkin teman-teman belum banyak memahami budaya kita, disaat kita menjalani kehidupan sehari-hari, kita dengan sangat mudah menganggap seseorang bodoh, sembrono, tidak patuh dll, tanpa memahami alasan orang tersebut. tapi tanpa kita sadari kitapun pernah melakukan hal itu walaupun dengan alasan tertentu. misalnya kita melihat orang kebut-kebutan kita anggap orang itu sembrono, pemabuk dll, namun nyatanya dia sedang terburu-buru mengantar orang sekarat, tanpa memahami ekstenalnya (bagaimana jika anda diposisi mereka?). dan tanpa kita sadari kitapun pernah melakukan hal tersebut. untuk itu maknanya kita dalam keseharian jangan dengan mudah mempersepsikan seseorang karena belum tentu orang itu melakukan hal itu karena faktor internalnya(sifat, perilaku dll) tapi pahami dulu dari faktor eksternalnya(andaikan anda membawa adik anda yang lagi sekarat menuju rumah sakit, apakah anda mengemudi dengan kecepatan rendah atau mungkin nyantai dulu sambil ngopi??) [karena tidak semua orang akan tahu permasalahan dari diri anda sendir].