Status Sosial Seseorang Mempengaruhi Empati

Status Sosial (tingkat kemapanan) korban mempengaruhi tingkat empati seseorang untuk menolong. Sebelumnya saya pernah menerbitkan artikel , “The Fundamental Atribution Error” dan “Bystander Apathy Experiment”. dan pada kali ini artikel yang saya bahas merupakan gabungan dari beberapa artikel tersebut. Mungkin anda pernah melihat di layar televisi anda, seseorang yang meminta pertolongan tapi sedikit orang-orang disekitarnya yang merespon atau tidak ada respon sama sekali, ternyata di dunia nyata hal ini sering pula terjadi. Nah!, Apa yang menyebabkan seseorang berbeda empati pada orang-orang lainnya?

Ternyata yang mendasari seseorang berbeda empati itu terletak pada status sosial korban tersebut, saya perlihatkan alur awal hingga seseorang ingin menolong/membantu, sebagai berikut :

Penjelasan gambar : 

  • Ditahap awal adalah input data, dimana seseorang mengambil informasi yang dilihat atau didengar dari korban. Contoh : kita mendengar orang yang berteriak minta tolong atau kita melihat orang yang jatuh.
  • Ditahap kedua yakni Proses Sensasi atau proses mengolah informasi yang kita terima sebelumnya melalui paca indera, melalui penglihatan maupun pendengaran. pada tahap ini tidak dapat di reka, sebab pada tahap ini proses pengolahan indera berada pada alam bawa sadar kita.
  • Ditahap ketiga ialah Hasil persepsi atau bagaimana kita mempersepsikan data yang kita terima sebelumnya, tapi persepsi seseorang selalu mengaitkan dengan status sosial (tingkat kemapanan) korban. Contoh : kita melihat ibu-ibu dijalan yang sedang kesakitan dan disampingnya berserakan barang belanjaan, maka kita persepsikan orang itu telah terjatuh sebelumnya. lalu dimana dan bagaimana orang mempersepsikan status sosial seseorang?. saya berikan contoh lain : ketika anda melihat seseorang berpakain compang-camping dengan tampak penampilan yang kumuh sedang terjatuh dan diwaktu yang sama anda juga melihat seseorang menggenakan jas dan mengenakan jam tangan rolex apalagi jika sedang pula menggengam sebuah iPhone ditangannya. MAKA!, yang manakah akan anda tolong jika anda diharuskan menolong salah satunya saja?, pastinya 90% orang akan menolong yang berpakaian compang-camping.
  • Ditahap keempat adalah Tindakan, tindakan ini muncul ketika kita telah mempersepsikan seseorang yang membutuhkan pertolongan tersebut. Contoh : kita melihat orang jatuh, kita dengan bergegas menolong orang tersebut.
  • Ditahap akhir yakni Nurani, yahh..mungkin anda berpikir “Kenapa Nurani pada tahapa akhir? bukannya seseorang menolong sudah pasti berempati dan pastinya hati nuraninya sudah tergerak pada saat itu?”. Saya katakan tidak, karena tidak semua orang yang melakukan tindakan menolong, didasari oleh hati nurani mereka. pada tahap ini kita bisa ambil kesimpulan pada artikel sebelumnya “Bystander Apathy” dimana disaat kita dijalan sepi dan diepan anda ada orang yang terjatuh dan sekitar anda tidak ada orang selain anda dan korban, kemungkinan besar kepercayaan diri anda untuk menolong korban tersebut akan tergerak. dan contoh lain : apabila anda seorang lelaki yang jalan berdua dengan pasangan anda, dan seketika anda melihat seseorang terjatuh, apakah anda ingin harga diri dan kepiawaian anda tercoreng dihadapan pasangan anda walaupun sebenarnya anda tidak tergugah hatinya untuk menolong? inilah dinamakan anda akan bertindak dengan keterpaksaan.

Kesimpulan dan Makna : 

Saya ambil kesimpulan bahwa pada dasarnya seseorang menolong itu melalui tahap seleksi atau pilih memilih. sayapun banyak merangkum kejadian serupa dalam kehidupan saya di masa lampau, salah satunya jumlah orang-orang yang menolong pengemudi mobil alphard tidak lebih banyak dibanding seorang pendendara motor butut. Jujur saja saya tidak melihat tingkat kemapanan orang tersebut untuk menolongnya, Tapi sebelumnya saya menilai orang tersebut dari cara berbicara dan gerak-geriknya, apabila saya nilai orang tersebut tidak ramah atau ria (songong),  yah saya tinggalkan, kenapa saya tinggalkan?”. saya hanya ingin orang tersebut menyadari sifat/perilakunya sendiri. agar setidaknya dia bisa berubah jika sadar akan kelakuannya.tapi jika sebaliknya, saya akan membantu sebisa saya. Sayapun berharap teman-teman tidak memandang status sosial orang sebelum menolong, karena kita diciptakan untuk saling tolong-menolong sesama manusia dan makhluk hidup lain.